Cuaca Ekstrem Sambut Usai Aksi Akbar MAKI Jatim, Hujan dan Angin Kencang Sebagai Isyarat Ilahi, Simbol Dukungan Alam

Surabaya —Top Berita Nusantara Perubahan cuaca yang drastis terjadi di Kota Surabaya beberapa saat setelah aksi demo akbar Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Koordinator Wilayah Jawa Timur selesai dilaksanakan pada Rabu (10/12). Jika sejak pagi hingga aksi berakhir langit tampak cerah dengan terik matahari yang intens, kondisi tersebut mendadak berganti menjadi hujan lebat disertai angin kencang. Peristiwa ini kemudian memunculkan berbagai tanggapan dari peserta aksi, yang menilainya sebagai simbol dukungan alam terhadap gerakan antikorupsi yang mereka gaungkan.
Aksi demo yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia itu berlangsung tertib dan terstruktur. MAKI Jatim menghadirkan mobil komando berupa truk trailer 40 feet dengan dukungan sound system 10 ribu watt. Hampir 1.000 peserta dari pengurus, anggota, hingga simpatisan MAKI se-Jawa Timur hadir memadati lokasi aksi. Heru Satriyo, S.Ip selaku Ketua MAKI Jatim sekaligus Koordinator Lapangan memimpin langsung jalannya kegiatan.
Selama aksi berlangsung, cuaca Surabaya terpantau sangat cerah. Langit biru tanpa awan dan panas yang menyengat justru disebut oleh para peserta sebagai suasana yang menambah energi semangat dalam menyuarakan pemberantasan korupsi. Tepat pukul 14.15 WIB, Heru mengumumkan bahwa aksi selesai dan seluruh massa dibubarkan secara tertib sebelum kembali menuju sekretariat organisasi.
Namun situasi berubah tidak lama setelah rombongan tiba di sekretariat. Meski cuaca di lokasi mereka masih cerah, sejumlah pengurus mulai menerima laporan dari kerabat dan rekan bahwa di beberapa wilayah Surabaya terjadi hujan deras dengan angin kencang. Pesan singkat dan video kiriman warga menunjukkan kondisi cuaca ekstrem yang berlangsung tidak lama setelah aksi berakhir.
“Kami sedang duduk santai melakukan evaluasi internal ketika kondisi langit masih sangat cerah. Tidak lama kemudian, kami mendapat kabar bahwa Surabaya diguyur hujan lebat dan angin kencang,” ungkap Heru.
Mendengar hal itu, Heru mengajak seluruh pengurus untuk berdoa bersama. Ia menilai fenomena tersebut sebagai bentuk dukungan moral dari Tuhan dan alam semesta terhadap gerakan antikorupsi yang selama ini diperjuangkan MAKI Jatim.
“Bagi kami, ini bukan sekadar hujan. Ini semacam isyarat dan dukungan dari Allah SWT. Apa yang kami suarakan tentang pemberantasan korupsi ternyata mendapatkan resonansi dari alam,” ujar Heru dengan penuh keyakinan.
Heru menjelaskan bahwa kejadian tersebut semakin menguatkan langkah MAKI Jatim dalam memasuki tahun 2026 yang telah mereka tetapkan sebagai tahun pengungkapan kasus-kasus korupsi berskala besar di Jawa Timur. Ia menegaskan bahwa seluruh hasil investigasi dan temuan tim Litbang MAKI Jatim selama empat tahun terakhir akan dibuka secara bertahap dan transparan.
“Tahun 2026 akan menjadi momentum besar bagi kami. Semua temuan yang sudah dikumpulkan dengan kerja keras akan kami ungkap tanpa kompromi. Saya pastikan akan ada banyak pihak yang tersentuh oleh proses ini,” tegasnya.
Fenomena perubahan cuaca pascaaksi tersebut kini menjadi bahan pembicaraan hangat di internal MAKI Jatim. Bagi mereka, peristiwa itu bukan hanya kejadian alam biasa, melainkan pemantik semangat untuk melanjutkan perjuangan menuju gerakan antikorupsi yang lebih masif dan terarah di tahun mendatang.(Har)
